PANCASILA, Nilai dan Sejarahnya, Bagi Manusia Modern
Berikut ini adalah Diskusi Bulanan Kebangsaan NIM- 17 Juni 2006 _*Pancasila Nilai dan Sejarahnya, Bagi Manusia Modern*_ Moderator : Dian Martin Pembicara : Wandy N Tuturoong, Ahmad Yulden Erwin Tempat/Waktu : One Earth, Sabtu-17 Juni 2006, Pancasila bukan diciptakan tetapi diangkat kembali oleh Bapak Bangsa SOEKARNO. 1. SEJARAH PANCASILA. Wandy M Tuturoong sebagai pembicara pertama mengulas topik Sejarah Pancasila dengan sajian yg apik dan menarik. Menjelang kekalahan Jepang pada Perang Dunia II, Jepang berusaha menarik perhatian para pemimpin kita, dengan mendirikan Panitia Persiapan Kemerdekaan dan BPUPKI Pertanyaan yg timbul pada sidang yg berlangsung selama tiga hari itu adalah :"Jika Indonesia Merdeka apa yang akan menjadi Dasar Negara?" Begitu banyak pendapat, teori dan perdebatan. Tetapi pada tanggal 1 Juni 1945 Soekarno berpidato dan memukau semua orang yang hadir pada siding tersebut. "Jika hanya memikirkan hal yang remeh-temeh kapan Indonesia akan merdeka? Dasar Negara haruslah Simpel dan Universal" Ada 5 poin utama yang dikemukan oleh Sukarno pada saat itu: (1) Kebangsaan, (2) Kemanusiaan, (3) Kerakyatan, (4) Keadilan Sosial, dan (5) Ketuhanan. Dan jika kelima poin tersebut disimpulkan maka menjadi GOTONG ROYONG. Karena itu Gotong Royong merupakan Roh dari Pancasila. Soekarno dalam Pidatonya juga mengatakan, "KETUHANAN DENGAN BERKEBUDAYAAN" Akhirnya dibentuklah panitia untuk menyusun Pancasila sebagai dasar Negara, dan lahirlah PIAGAM JAKARTA. Ada perbedaan pada sila Pertama saat itu yaitu: ‘Ketuhanan dengan menjalankan Syariat Islam’ Dengan mempertimbangkan suara dari Indonesia Timur maka sila Pertama diganti menjadi ‘Ketuhanan Yang Maha Esa’ Panncasila sering dipolitisir oleh pihak-pihak tertentu. Pada thn 1957-1959 ada pemikiran untuk merumuskan kembali Dasar Negara. Dewan Konstituante memperdebatkan hal itu selama 2 tahun dengan beberapa pilihan : (1) Dasar Negara Pancasila dipertahankan, (2) Dasar Negara Islam, atau (3) Dasar Negara Sosio Demokrasi Pada akhirnya Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden dan membubarkan Dewan Konstituante dan kembali pada Pancasila. Untuk mempertahankan Pancasila, Soekarno membuat indoktrinasi yang dikenal dengan 7 POKOK INDOKTRINASI. Yang berujung membuat Pancasila menjadi dogmatis dan menjenuhkan. Banyak orang menolak Pancasila hanya karena merasa ingin berbeda dengan Pihak Penguasa, karena Pancasila dipolitisir oleh pihak-pihak yang berkuasa untuk melanggengkan kekuasaannya. Apa yang membuat Pancasila menarik adalah nilai-nilai persatuan tapi universal yang dikandung di dalamnya. Ketika kita dihadapi oleh berbagai persoalan multidimensional dan mulai kehilangan arah, maka ada pihak yang mengusung budaya kearab-araban pada satu sisi dan kebarat-baratan pada sisi yang lain. Di tengah kebingungan ini muncul pertanyaan tentang apa sih jati diri kita sesungguhnya yang dapat mempersatukan semua pihak. Karena pertanyaan tersebut dan tanpa mengabaikan pihak yang lain, maka PANCASILA menjadi jawaban yang RELEVAN. Sebagai nilai-nilai dasar, Pancasila telah mencakup semuanya. Kesadaraan akan nilai-nilai universal yg ada di Indonesia telah terangkum semuanya di dalam PANCASILA. Pancasila harus dibuat bermakna bagi kehidupan kita agar tidak hanya menjadi sekedar konsep yang sewaktu-waktu bisa dibuang. Karena itu kesadaran akan Pancasila harus muncul dari bawah. Nilai-nilai Dasar sangat penting untuk selalu dimaknai kembali, karena generasi di masa mendatang belum tentu bisa menghayati Pancasila sebagai perekat dasar yang mempersatukan Indonesia. Hal tersebut akan sulit sekali dicapai jika kita tidak berusaha memaknai kembali nilai-nilai luhur Pancasila. MODERATOR: Pancasila digali oleh Soekarno bukan dari satu masa saja, tetapi dari masa-masa yang jauh sebelumnya. Pancasila adalah Nurani kita karena Pancasila diambil dari nilai-nilai yang muncul di nusantara dari rentang waktu yang panjang. Masalah saat ini muncul karena PANCASILA hanya dijadikan DOGMA. 2. NILAI-NILAI PANCASILA. Topik bahasan nilai-nilai Pancasila dibawakan oleh Ahmad Yulden Erwin dari Lampung, dengan lugas, mengelitik dan menarik Erwin juga mengisahkan bahwa dulu dia sendiri sangat alergi dengan Pancasila, Karena image Pancasila diusung oleh pihak penguasa sebagai ikon-kon politik para penguasa yang korup. Sampai akhirnya Pembicara sadar bahwa dulu yang ditolak bukan Pancasila tetapi Rezim/orang-orang yang menggunakan Pancasila untuk memperkuat posisinya. Bagi Erwin, Burung Garuda Pancasila bisa ditafsirkan menjadi Funky! Misalnya : * Mengapa Garuda menoleh kesebelah kanan? Karena berkaitan dengan otak kanan (berkaitan dengan rasa biasanya simbolnya LOVE), karena Soekarno pecinta yang hebat karena itu Garuda dibuat menoleh kekanan. Artinya: ‘Kepala harus dituntun oleh Cinta’ * Mengapa Garuda memakai Perisai? Perisai adalah pelindung, pelindung dari hal-hal negatif yang menjadi kontra dari kelima sila. * Mengapa simbol sila kerakyatan adalah Kepala Banteng? Namanya Rakyat biasanya tidak berpikir panjang sama seperti banteng mudah diprovokasi, karena itu Banteng di Garuda memejamkan mata, agar tidak mudah diprovokasi (banteng yang Meditatif) * Mengapa Bintang ditengah? Bintang di tengah dengan sudut-sudut menunjuk ke empat sila, karena setiap sila-sila dalam Pancasila harus selalu dijiwai oleh Ketuhanan Yang Maha Esa. Kelima-lima Sila dalam Pancasila saling berhubungan. Jika muncul pertanyaan dalam masyarakat, mengapa rakyat belum sejahtera( sila ke-5) Karena rakyat belum dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan (sila ke-4). Mengapa Rakyat belum dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan? Karena belum ada persatuan (sila ke-3)? Mengapa belum ada persatuaan? Karena belum ada kemanusiaan yang adil dan beradab (sila ke-2). Mengapa belum ada kemanusiaan? Karena belum ada Ketuhanan Yang Maha Esa. Melihat simbol yang ada di Burung Garuda, kita menjadi mengetahui Jiwa Indonesia sebenarnya adalah Ketuhanan. Diskusi menjadi semarak dan aktif, para peserta teman-teman mahasiswa dari UIN, BSI dan IPB ikut aktif mengajukan pertanyaan dan kesan-kesan mengenai diskusi Pancasila kali ini. Sebagian besar mengemukakan, bahwa selama bertahun-tahun memperoleh Pendidikan Pancasila, mereka belum pernah mendengar penyampaian topik Pancasila bisa ditampilkan dengan begitu menarik dan funky sehingga nilai-nilai di dalam Pancasila bisa dipahami dan dijiwai sepenuhnya, tidak sekedar menjadi dogmatis belaka. Salah satu pertanyaan yang menarik adalah bagaimana cara agar bisa mengawal penafsiran kita tentang Pancasila supaya tidak menyimpang atau tidak salah tafsir? Jawabanya adalah jika kita ingin menghindari multi tafsir, kita harus melihat keseluruhan secara komprehensif, dari semua simbol yang ada di Burung Garuda Pancasila yang ditafsir, Jangan kita melupakan nilai di bawah Garuda yang merupakan seuntai pita bertuliskan "Bhinneka Tunggal Ika" Itu adalah keseluruhan Roh dari bangsa Indonesia. Apapun penafsiran harus selalu kembali kepada rohnya yaitu, Berbeda tetapi tetap satu. Dilaporkan oleh : Hermawati Susanto-The Torchbearer.
0 komentar:
Posting Komentar